HARIMAU SUMATERA YANG SERING BERKONFLIK DENGAN MANUSIA DI PELANGIRAN TERTANGKAP
PEKANBARU-Pelangiran sebuah
nama yang mengingatkan kita pada konflik antara Harimau Sumatera dan manusia.
Diawali jatuhnya korban jiwa
seorang pekerja PT. THIP pada awal Januari 2018. Tim Balai Besar KSDA Riau
segera diturunkan dan membentuk Tim terpadu bersama Pemkab Inhil, TNI, Polri,
BPBD, Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) dan pemegang
konsesi. Namun sayang, pada bulan Maret
2018 seorang pekerja pembuat sarang Burung walet kembali menjadi korban.
Suasana perkampungan mencekam.
Tim terpadu siang malam berjaga untuk memberikan ketenangan kepada warga. Warga
mengadakan do'a bersama dan memotong kambing untuk tolak bala. Berbagai
upayapun dilakukan Tim terpadu untuk menanggulangi konflik tersebut. Termasuk dengan
mendatangkan pawang Harimau Sumatera asal Aceh dan seorang komunikator satwa
dari Kanada. Namun seluruh upaya tersebut tidak membuahkan hasil. Timpun tidak
menyerah begitu saja.
Hingga akhirnya, tepat di hari
ke 108, di Blok 79/12 Estate EBONI PT. THIP, seekor HS yang diduga sering
menimbulkan korban jiwa berhasil dibius oleh Tim terpadu untuk direhabilitasi
di PRHSD di Sumatera Barat.
Meskipun HS yang diduga sering
menimbulkan korban jiwa telah
direhabilitasi, akan tetapi konflik antara HS dan manusia masih saja terjadi.
Di bulan Mei 2019, seorang permanen Akasia
di PT RIA, Kec. Pelangiran kembali menjadi korban berikutnya disusul seorang
perawat Akasia di tempat yang sama pada
bulan Oktober 2019.
Tim terpadu makin intens
bekerja untuk mencari solusi. Tim bekerja sangat hati hati. 7 camera trap dan 4
box trap dipasang di lokasi. Namun sayang, 30 Januari 2020 kembali seorang pencari
kayu menjadi korban konflik satwa HS dan manusia di Kec. Pelangiran, Kab.
Inhil.
Dari hasil rekaman camera trap
diketahui 6 kali HS hampir memasuki box trap yang dipasang Tim, namun seolah
olah satwa tersebut menunjukkan tanda
tanda keraguan dan tidak jadi memasuki box trap yang dipasang.
Tim Terpadu selalu
mengevaluasi setiap hasil rekaman camera trap dan menemukan bahwa ada kemiripan
tingkah laku HS tahun 2018 hingga tahun 2020.
Akhirnya, Sabtu, 2 Mei 2020,
HS suspect Man eater telah berhasil masuk dalam box trap yang dipasang Tim
Terpadu di Petak 0226 Kanal Sekunder 41 D PT RIA Desa Tanjung Simpang, Kec.
Pelangiran, Kab. Inhil dengan umpan satu ekor kambing.
Dengan dikomandoi langsung
oleh Kepala Balai Besar KSDA Riau, bapak Suharyono, Tim Terpadu membawa HS dari
lokasi ke kantor Distrik PT RIA dengan waktu 1,5 jam menggunakan perahu
motor, sebelum akhirnya melanjutkan
perjalanan ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) di
Sumatera Barat agar HS menjalani rehabilitasi. Perjalanan ditempuh selama
kurang lebih 20 jam. Tim sampai di Dharmasraya pada hari Minggu, 3 Mei 2020
pukul 18.10 WIB.
Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berupaya dengan sekuat tenaga membantu penanggulangan konflik satwa HS dan manusia di Kec. Pelangiran, Kab. Inhil.