Perusahaan Pengguna Lahan Diminta Berbagi Ruang Dengan Gajah
GAGASANRIAU.COM,
PEKANBARU - Semakin
sempitnya ruang bagi hewan gajah karena kawasannya didominasi oleh perusahaan
perkebunan sawit maupun Hutan Tanaman Industri (HTI) membuat hewan berbadan
besar tersebut semakin tersingkir dari habitatnya.
Untuk
itu, Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH), Indra Exploitasia
mengajak peserta Pelatihan Best Management Practices (BMP) Konservasi Gajah
Sumatera yang diikuti Multi Stakeholder berbagi ruang dengan gajah.
Dalam
rilis pers yang diterima GAGASAN, Jumat (27/7/2018) Dalam hal berbagi ruang
hidup itu yakni bagaimana memperlakukan satwa di habitatnya dengan arif.
"Satwa
tidak mengenal habitat di luar atau dalam konservasi. Mengelola gajah harus
arif hingga bisa hidup berdampingan. Saat ini ruang habitat gajah sudah
terfragmentasi, hingga perlu tindakan bersama untuk menjaga agar mereka tetap
bisa hidup di habitatnya," jelas Indra.
Direktur
KKH juga berharap, praktik-pratik baik konservasi gajah di Riau bisa menjadi
role model hidup berdampingan dengan gajah.
"Yang
kami perlukan adalah role model yang memang kelihatan. Saya mengharapkan
kegiatan ini langsung bisa diaplikasi di lapangan. Peran masing-masing
perusahaan yang ikut di sini akan kelihatan. Sudah banyak yang melakukan
BMP-BMP, tapi belum terintegrasi. Ke depan harus terintegrasi dan menjadi role
modelnya KSDA." lanjut Indra.
Sementara
itu, Kepala Balai Besar KSDA Riau, Suharyono sepakat bahwa tindakan konkrit
yang dilakukan perusahaan di wilayah konsesinya dijadikan sesuatu yang baku
yang akan menjadi langkah bersama.
"Balai
Besar KSDA Riau sangat mendukung langkah-langkah BMP konservasi gajah yang
telah dilakukan perusahaan. Kegiatan ini tidak hanya berhenti di sini. Saat ini
kita menyamakan persepsi tentang penanganan konflik untuk kemudian
menindaklanjuti dan melangkah ke depan. Kita akan sinkronkan langkah-langkah
yang akan dilakukan," ungkap Suharyono.
"Best
practices bukan berarti praktik mitigasi konflik gajah saat ini yang paling
baik sehingga kita berhenti sampai di sini. Praktik terbaik akan berkembang
terus sesuai dinamika yang terjadi di lapangan," tambah Haryono.
Selama
dua hari pemaparan materi, sejumlah narasumber kompeten dihadirkan untuk
memberi pemahaman dan motivasi kepada peserta. Tidak hanya Kepala KKH
Kementerian LHK dan Balai Besar KSDA Riau saja yang tampil sebagai narasumber,
tetapi juga para praktisi dan akademisi dari Universitas Riau dan Universitas
Andalas Padang juga berbagi ilmu dan pengalaman mitigasi konflik satwa
dilindungi tersebut.
Lebih
dari 35 peserta yang mengikuti antusias setiap pemaparan para narasumber.
Pelatihan Best Management Practices (BMP) Konservasi Gajah yang berlangsung
empat hari ini, tidak hanya pemaparan materi saja, tetapi juga praktik
lapangan.
Balai
Besar KSDA Riau bersama- sama Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo (YTNTN) yang
didukung oleh TFCA Sumatera menyelenggarakan pelatihan ini untuk mendorong dan
mendampingi sejumlah perusahaan yang beroperasi di sekitar Tesso Nilo dan
GSK-Balai Raja menerapkan Better Management Practices (BMP).
Kegiatan
yang dimulai pada Selasa (24/7/2018) kemarin, diharapkan bisa menghasilkan
perlindungan dan pengayaan koridor, populasi gajah serta mitigasi konflik
gajah.
Menurut
Direktur Eksekutif YTNTN, Yuliantony selaku panitia pelaksana, peserta
pelatihan berasal dari unsur perusahaan pemegang izin HTI dan HGU, pemerintah
daerah, Balai Besar KSDA Riau, BTNTN, KPH dan sejumlah LSM di Riau.
Setelah
sesi penyampaian materi yang berlangsung dua hari, selanjutnya peserta akan
mengunjungi salah satu perusahaan di sekitar kantong gajah yang sudah melakukan
usaha-usaha konservasi gajah.
"Peserta
akan diajak mengunjungi aktifitas konservasi gajah dilapangan, Kita akan
melihat bagaimana praktik BMP konservasi gajah di perusahaan ini," tandas
Yuliantony. (RILIS).