DIREKTUR KKH AJAK PEMILIK KONSESI BERBAGI RUANG DENGAN GAJAH
PEKANBARU - Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati
(KKH), Indra Exploitasia mengajak peserta Pelatihan Best Management Practices
(BMP) Konservasi Gajah Sumatera yang multistakeholder berbagi ruang dengan
gajah.
Berbagi ruang hidup yang dimaksud adalah bagaimana
memperlakukan satwa di habitatnya dengan arif.
"Satwa tidak mengenal habitat di luar atau dalam
konservasi. Mengelola gajah harus arif hingga bisa hidup berdampingan. Saat ini
ruang habitat gajah sudah terfragmentasi, hingga perlu tindakan bersama untuk
menjaga agar mereka tetap bisa hidup di habitatnya," jelas Indra.
Direktur KKH juga berharap, praktik-pratik baik
konservasi gajah di Riau bisa menjadi role model hidup berdampingan dengan
gajah.
"Yang kami perlukan adalah role model yang memang
kelihatan. Saya mengharapkan kegiatan ini langsung bisa diaplikasi di lapangan.
Peran masing-masing perusahaan yang ikut di sini akan kelihatan. Sudah banyak
yang melakukan BMP-BMP, tapi belum terintegrasi. Ke depan harus terintegrasi
dan menjadi role modelnya KSDA." lanjut Indra.
Kepala Balai Besar KSDA Riau, Suharyono sepakat bahwa
tindakan konkrit yang dilakukan perusahaan di wilayah konsesinya dijadikan
sesuatu yang baku yang akan menjadi langkah bersama. "Balai Besar KSDA
Riau sangat mendukung langkah-langkah BMP konservasi gajah yang telah dilakukan
perusahaan. Kegiatan ini tidak hanya berhenti di sini. Saat ini kita menyamakan
persepsi tentang penanganan konflik untuk kemudian menindaklanjuti dan
melangkah ke depan. Kita akan sinkronkan langkah-langkah yang akan
dilakukan," ungkap Suharyono.
"Best practices bukan berarti praktik mitigasi
konflik gajah saat ini yang paling baik sehingga kita berhenti sampai di sini.
Praktik terbaik akan berkembang terus sesuai dinamika yang terjadi di
lapangan," tambah Haryono.
Selama dua hari pemaparan materi, sejumlah narasumber
kompeten dihadirkan untuk memberi pemahaman dan motivasi kepada peserta. Tidak
hanya Kepala KKH Kementerian LHK dan Balai Besar KSDA Riau saja yang tampil
sebagai narasumber, tetapi juga para praktisi dan akademisi dari Universitas
Riau dan Universitas Andalas Padang juga berbagi ilmu dan pengalaman mitigasi
konflik satwa dilindungi tersebut. Lebih dari 35 peserta yang mengikuti
antusias setiap pemaparan para narasumber. Pelatihan Best Management Practices
(BMP) Konservasi Gajah yang berlangsung empat hari ini, tidak hanya pemaparan
materi saja, tetapi juga praktik lapangan.
Balai Besar KSDA Riau bersama- sama Yayasan Taman
Nasional Tesso Nilo (YTNTN) yang didukung oleh TFCA Sumatera menyelenggarakan
pelatihan ini untuk mendorong dan mendampingi sejumlah perusahaan yang
beroperasi di sekitar Tesso Nilo dan GSK-Balai Raja menerapkan Better
Management Practices (BMP).
Kegiatan yang dimulai pada Selasa (24/7/2018)
kemarin, diharapkan bisa menghasilkan perlindungan dan pengayaan koridor,
populasi gajah serta mitigasi konflik gajah.
Menurut Direktur Eksekutif YTNTN, Yuliantony selaku
panitia pelaksana, peserta pelatihan berasal dari unsur perusahaan pemegang
izin HTI dan HGU, pemerintah daerah, Balai Besar KSDA Riau, BTNTN, KPH dan
sejumlah LSM di Riau.
Setelah sesi penyampaian materi yang berlangsung dua
hari, selanjutnya peserta akan mengunjungi salah satu perusahaan di sekitar
kantong gajah yang sudah melakukan usaha-usaha konservasi gajah.
"Peserta akan diajak mengunjungi aktifitas konservasi gajah dilapangan, Kita akan melihat bagaimana praktik BMP konservasi gajah di perusahaan ini," tandas Yuliantony.