BONITA, SI CANTIK NAN LIAR...
PEKANBARU-Bonita, nama yang membuat sebagian orang yang tau kisahnya akan merinding. Nama yang cantik namun telah memangsa korban jiwa. Masyarakat sekitar Pelangiran sangat menghindarinya... tapi Tim Rescue gabungan sedang gencar mencarinya.
Bukan untuk diburu, sama sekali
bukan.... ,namun untuk diselamatkan. Diselamatkan dari kegeraman warga yang
ingin balas dendam dengannya, diselamatkan dari kemungkinan dia sakit yang
menyebabkan perilakunya berubah dan terutama diselamatkanlah jiwa warga
Pelangiran dan sekitarnya dari ancaman maut si Bonita.
Perilaku Bonita yang berbeda dari
satwa liar lainnya menjadi perhatian khusus tim Rescue. Dengan genit Bonita melenggang mendekati kendaraan maupun
camera trap dan box trap yang telah di pasang untuknya. Tak sedikitpun dia
tertarik untuk mencicipi hidangan yang dipersiapkan khusus oleh Tim
untuknya. Sosialisasi dan pemasangan
boxtrap didaerah lintasan harimau sudah dilakukan tim sejak lebih dua bulan
yang lalu.... Memberikan sejenis makanan kesukaan yg mengandung sedative dan
pemakaian obat bius pun telah diupayakan. Namun hingga detik ini si Bonita
tetap tidak mempan rayuan.
Bahkan cerita terakhir adalah
kembali Bonita memangsa korban jiwa. Kali ini seorang penduduk desa Pulau Muda.
Lokasi desa Pulau Muda dengan lintasan harimau yg berkonflik tidaklah dekat
sekitar kurang lebih 20 km. Seorang warga dari Pulau Muda bekerja ditempat
harimau yg masih berkeliaran. Dengan
kondisi harimau belum berhasil dievakuasi ada petani walet mencoba membangun
rumah walet baru dan mempekerjakan orang dari luar kampung Danau didaerah
konflik harimau yg sedang terjadi. Amatlah disayangkan.
Dengan munculnya korban jiwa ini,
penduduk desa Pulau Muda berduyun duyun mendatangi kantor PT THIP mendesak tim
gabungan segera menangkap harimau tersebut. Mereka mengultimatum jika dalam
waktu tiga hari tim tidak mampu mengevakuasi Bonita, maka masyarakat Pulau
Mudalah yang akan membunuh satwa liar tersebut dengan cara apapun.
Di tengah massa yang berkerumun,
M. Hendri seorang Polisi Kehutanan Balai Besar KSDA Riau yang saat itu memimpin
kerja tim gabungan di lapangan naik ke podium menenangkan massa. Dengan suara tenang dan lantang dia
menyampaikan duka yang sangat mendalam dan mengharapkan hal tersebut tidak akan
pernah terulang. Mediasi dilakukan. Dalam keadaan yang tidak merdeka tim
gabungan diminta untuk menandatangani ultimatum masyarakat desa Pulau Muda.
Tiga hari waktu yang diberikan mengulur menjadi tujuh hari. Poin terakhir dari
ultimatum tersebut menyatakan bahwa jika sampai waktu yang telah disepakati tim
tidak berhasil dan masyarakat Pulau Muda membunuh harimau tersebut, maka idak
akan ada tuntutan hukum apapun dikemudian hari....
Akankah hukum tetap diterapkan
dalam ketidak merdekanya seseorang untuk memberikan tandatangan?
Akankah si Bonita tau bahwa tim
gabungan datang bukan untuk memburunya tapi untuk menyelamatkannya dari
kematian?
Dan yang lebih harus kita pikirkan bersama adalah, akankah anak cucu kita kelak masih bisa menyaksikan si belang datuk nan wibawa menjaga rimba di tanah Melayu?
Mari Kita Selamatkan Satwa
Harimau Sumatera (Phantera Tigris
Sumaterae) yang hampir punah.
Satwa ini merupakan satu-satunya
yg menjadi kebanggaan Negeri ini dan merupakan tanda-tanda Kebesaran Allah
serta sebagai Ilmu pengetahuan untuk masa depan...
Pepatah Melayu
Mengatakan..."Takkan Hilang Melayu DiBumi"
Jangan Sampai Hilang Datuk Belang di Bumi Lancang Kuning ini...Karena Datuk Belang dan Datuk Godang yg menjaga Tanah Melayu ini....