PEKANBARU-Jikalahari dengan didukung oleh Siemenpuu Foundation menaja Seminar
Kehutanan mengusungtema Peluang dan
Strategi Perbaikan Pengelolaan Hutan di Indonesia serangkaian dengan Pertemuan
Mitra-Mitra Siemenpuu Indonesia. Seminar ini dilaksanakan untuk menggali berbagai
peluang yang dibuka oleh Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki pengelolaan
hutan dan lahan yang di era sebelumnya identik dengan berbagai persoalan
seperti: konflik sosial, kebakaran dan asap, sistemmonokultur yang dikelola oleh bisnis
kehutanan skala besar, dan kerusakan gambut. Seminar ini dihadiri oleh 75 peserta berasal
dari berbagai perwakilan Instansi Pemerintah, Tokoh Masyarakat, LSM, Mahasiswa,
Media, juga mitra-mitra Siemenpuu di Indonesia (13 lembaga).
Bertindak sebagai narasumber dalam
Seminar adalah: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Deputi Pencegahan yang dalam
hal ini diwakili oleh Ibu Niken, berbagi cerita tentang bagaimana pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Kehutanan rentan untuk terjadi korupsi yang pintu masuknya
salah satunya dalam proses perencanaan dan perizinan sektor kehutanan. Dan
korupsi kehutanan juga ditemui dalam hal PNBP. Kontradiksi yang terjadiadalah produksi sektor kehutanan dan sawit
meningkat namun dari penerimaan pajak cenderung stagnan dan bahkan menunjukkan
trend penurunan.
Narasumber kedua yaitu Ka BBKSDA yang
mewakili Kepala Operasional Tim Revitalisasi Ekosistem Tesso Nilo (RETN) Dr.
Mahfuz, MP, dalam kesempatanini juga membagikan pengalaman dalam program memulihkan
dan melindungi kawasan hutan, studi kasus Ekosistem Tesso Nilo di kabupaten
Siak dan Pelalawan. RETN merupakan pembelajaran dalam pengelolaan kawasan hutan
saat yang kawasan hutannya dipenuhi oleh aktivitas perluasan kebun sawit baik di
dalam Taman Nasional dan di kawasan 2 eks HPH. Dalam
pelaksanaannya, beberapa pengusulan Perhutanan Sosial telah ditargetkan dan
difasilitasi, dan penegakan hukum juga dilakukan, dan kegiatan penanaman untuk
mendukung rehabilitasi kawasan, dan penyediaan ekonomi alternatif untuk sumber
ekonomi masyarakat. Namun, kegiatan pemulihan dan perlindungan kawasan di
Ekosistem Tesso Nilo masih dihadapkan pada kepentingan ekonomi berbagai pihak
yang menjadi tantangan pencapaian tujuan awal.
Selain menghadirkan perspektif potensi
korupsi, dan pengalaman dalam melindungi dan memulihkan kawasan hutan,
perwakilan masyarakat juga dihadirkan dalam seminar ini yang menceritakan
bagaimana masyarakat di desa dan kampung juga berjuang dan berupaya mengelola
hutanuntuk kepentingan masyarakat.
Bapak Suwito, dan Bpak Abdullan dari desa Rawa Mekar Jaya, kabupaten Siak telah
berhasil mengusulkan Perhutanan Sosial dalam skema Hutan Desa, yang usulannya
sudah diverifikasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bulan
Agustus lalu. Masyarakat di desa sangat berharap Hutan Desa ini dapat
dimanfaatkan selain untuk melindungi hutan, juga sebagai sumber ekonomi
alternative masyarakat melalui kegiatan pengembangan ekowisata Mangrove.
Dalam
sesi diskusi tanya jawab beberapa peserta Seminar menyampaikan apresiasi
terhadap gerakan penyelematan hutan karena ancaman kepunahan hutan dan
ekosistem di dalamnya sangat tinggi. Selain itu isu yang mengemuka adalah
perlunya mengembangkan skema dan pembiayaan untuk ekowisata demi mendukung
penyelamatan dan pelestarian hutan.